Wednesday, July 12, 2017

Menghormati Ulama

Renungan, Pencerahan

Tulisan ini menjelaskan tentang menghormati 'ulama' dan larangan mencela, menggunjing dan merendahkan mereka. Adapun dalil tentang keutamaan 'ulama' atau orang yang berilmu adalah sebagai berikut :

 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. [al-Mujadilah : 11]

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.. [az- Zumar : 9].

Kalau kita perhatikan fenomena ummat Islam  di negeri ini terhadap para 'ulama' atau orang yang berilmu yang kalau kita kaitkan dengan aqidah, maka terasa timbul di hati rasa prihatin dan sedih.

Bagaimana tidak, ulama itu adalah pewaris para Nabi, penerus misi dakwah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu SAW dan para sahabat Beliau Radhiyallahu ‘anhum. Kita tidak bisa mengamalkan agama ini tanpa ulama’. Kita tidak mungkin mendapatkan pelajaran secara langsung dari Rasulullah tentang agama Islam ini. Lewat para ulama’lah kita bisa mengenal bahwa Allah itu Esa, tahu tata cara shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya.

Namun sekarang kita saksikan bagaimana sikap ummat Islam kepada ulama’nya sendiri. Tidak usahlah kita bicara sikap ummat agama lain karena sudah jelas. Ummat Islam hari ini terlihat kurang (kalau enggan mengatakan tidak) menghormati para ulama’. Kita perhatikan bagaimana usaha-usaha untuk menggembosi lembaga Majelis Ulama Indonesia, menanamkan keraguan dihati rakyat kepada para ulama, dengan sangat halus seolah-olah mereka berkata “fatwa ulama itu bisa dipesan sesuai selera”.

Ketahuilah wahai orang yang berakal,  Para ulama’ itu adalah wali Allah. Dan Allah berfirman dalam hadits Qudsi

مَن عادى لي وليًّا، فقد آذنتُه بالحرب

“Barang siapa memusuhi wali-Ku maka Aku nyatakan perang terhadapnya.” (HR. Al-Bukhari)

Menghormati ulama’ termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal Al- Qur’an tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan penguasa yang adil. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang ‘alim. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa kewajiban setiap muslim terhadap para ulama dan orang-orang shalih adalah mencintai dan menyukai mereka, menghormati dan memuliakan mereka, tanpa berlebih-lebihan, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Disebutkan dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam karangan Ibnu Rajab al-Hambali, bahwa Mengolok-olok ulama dan orang-orang shalih, mengejek atau melecehkan mereka, tentu saja bertentangan dengan perintah untuk mencintai dan memuliakan mereka. Melecehkan ulama dan orang shalih, sama artinya dengan menghina dan merendahkan mereka.

Mengolok-olok dan memandang rendah Ahli Ilmu dan orang shalih, adalah termasuk sifat orang kafir dan merupakan salah satu cabang kemunafikan. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, diantaranya yaitu:
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. [al-Baqarah : 212]

Dalam surah [al-Muthaffifin : 29-33] Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(29). Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.
(30). dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
(31). dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.
(32). dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat",
(33). Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.

Ayat ini merupakan dalil, bahwa mengolok-olok itu terkadang dalam bentuk atau dengan isyarat. Dalam ayat ini Allah menggambarkan, bagaimana bentuk olok-olokan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin, yaitu mereka saling mengedip-ngedipkan mata dengan tujuan untuk mengejek.

Dalam surah [at-Taubah : 79] Allah Azza wa Jalla menjelaskan pula:

 (orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.

Pelecehan terhadap para ulama dan orang shalih ada dua:

Pertama : Pelecehan terhadap pribadi ulama.

Contohnya, misalnya orang yang mengejek sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh ulama tersebut. Demikian ini hukumnya haram, karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. [Al Hujuraat 11]

Kedua : Mengolok-olok ulama karena kedudukan mereka sebagai ulama, karena ilmu syar’i yang mereka miliki.

Demikian ini termasuk perbuatan zindiq, karena termasuk melecehkan agama Allah. Demikian pula mengolok-olok orang shalih, orang yang menjalankan Sunnah Nabi.

Allah telah menyamakan pelecehan terhadap orang-orang yang beriman sebagai pelecehan terhadapNya.

Dalam surat [At Taubah : 65], Allah SWT berfirman:
dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

Oleh sebab itu para pembaca sekalian, janganlah karena ketidaktahuan kita membuat kita melecehkan, merendahkan bahkan mengolok-olok ulama’. Jangan ikut-ikutan menggunjing para 'ulama' sebab dikatakan oleh Imam Ibnu Asakir bahwa daging para ulama itu beracun.

Jika kita menggunjing orang lain, berarti suka atau tidak suka kita terus transfer pahala kepada orang tersebut. Jika pahala kita habis, maka dosa orang itu yang akan diambil oleh orang yang menggunjing.

Bahan Bacaan :
https://almanhaj.or.id/5994-hukum-mengolokolok-ulama-dan-orangorang-shalih.html

Semoga bermanfaat. Baik untuk dibagikan.