Kok bisa milik Islam?
Setiap ada pergantian tahun Masehi, selalu muncul pendapat dan tulisan-tulisan yang berbeda.
Tulisan ini sengaja saya posting setelah 1 minggu peristiwa tahun baru, agar tidak menimbulkan fitnah keberfihakan, setuju dan tidak setuju. Bahan tulisan ini saya edit sedikit dari aslinya yang saya peroleh dari teman.
Apa dalilnya bahwa Tahun Baru itu milik Umat Islam? Di bawah ini penjelasannya.
Ada 2 kalender yang secara umum dipakai dalam perhitungan waktu, yaitu berdasar peredaran matahari dan peredaran bulan. Tahun Masehi diambil dari peredaran matahari. Orang Arab menyebut tahun ini sebagai tahun Syamsiah. Tahun yang menggunakan peredaran matahari sebagai penentu penghitungan waktunya.. Bahasa Arabnya disebut Falak. Sedangkan kalender satunya lagi Tahun Qamariah (Hijriah), yang menggunakan peredaran bulan sebagai penentu penghitungannya. Orang Arab menyebutnya tahun Qamariah.
Tahun Qamariah sudah digunakan oleh Bangsa Parsi 6000 tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim. Orang Suku Maya juga menggunakan kalender matahari sejak 6000 tahun yang lalu.
Selanjutnya Tahun Qamariah mulai digunakan Umat Islam sejak adanya peristiwa Hijrah.
Selanjutnya Tahun Qamariah mulai digunakan Umat Islam sejak adanya peristiwa Hijrah.
“Jadi tidak sepenuhnya benar kalau tahun Syamsiah (Masehi ) hanya tahunnya orang Kristen. Tahun Masehi digunakan orang Kristen karena pada waktu itu dipaksa oleh Raja Rumawi yang menjajah Palestina sewaktu Yesus lahir. Makanya Nabi Isa lahir ditulis menggunakan kalender matahari,” kata KH.Tengku Zulkarnain di Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta.
Penetapan kalender matahari dimulai oleh Pendeta.
Waktu itu seluruh jajahan Eropa diwajibkan oleh Paus menggunakan kalender matahari. Bangsa Indonesia dijajah Belanda, menggunakan kalender matahari.
Waktu itu seluruh jajahan Eropa diwajibkan oleh Paus menggunakan kalender matahari. Bangsa Indonesia dijajah Belanda, menggunakan kalender matahari.
Tapi Sultan Agung menggunakan kalender bulan, dengan bahasa Jawa seperti Rebo Pahing, Jum’at Kliwon, dan seterusnya.
Suatu kenyataan kalender matahari tertera dalam Al-Qur’an, tapi tidak ada di Injil dan Bibel (Taurat). maka kurang tepat pendapat bahwa kalender matahari disebut sebagai tahunnya orang Kristen.
Bagaimana kita mau menyebut kalendernya orang Kristen sedangkan di Kitab Sucinya tidak tertulis. Mereka karena dipaksa oleh Julius Caesar menggunakan kalender matahari. Sedangkan kalender mata hari ditulis di Al-Qur’an.
Ayat yang menulis tentang kalender matahari Surat Al-Isra, ayat 12.
”Dan Kami jadilan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan penghitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”
Fungsi kedua matahari disebutkan dalam al-Qur’an untuk menghitung tahun (matahari) dan menghitung waktu (matahari).Ada juga cara menghitung waktu dengan cara lain yaitu berdasrakan peredaran bulan yang disebut waktu Qomariah.
Perhitungan waktu matahari dalam setahun berbeda 11 hari dengan perhitungan bulan, sehingga setiap 30 tahun matahari, menjadi 31 tahun tahun Qamariah
Perhitungan waktu matahari dalam setahun berbeda 11 hari dengan perhitungan bulan, sehingga setiap 30 tahun matahari, menjadi 31 tahun tahun Qamariah
Dalil-dalil mengenai tahun bulan
Al Quran, Surat Yunus ayat 5 dan 6
“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Al Quran, Surat Yunus ayat 5 dan 6
“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Al Quran, surat Yasin ayat 38 – 40
“Dan matahari berjalan di tempat perederannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa dan Mahamengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak bisa mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
“Dan matahari berjalan di tempat perederannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa dan Mahamengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak bisa mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Maka dalam pengamalan hidup sehari-hari, tahun matahari dan tahun bulan sama-sama dipakai.
1. Menentukan waktu shalat menggunakan perhitungan matahari, karena kegiatan manusia banyaknya dilakukan di siang hari. Perhitungan dengan perjalan matahari, misalnya kecondongan matahari, tepat di atas kepala, dll. Bukan mengihitung dengan pergerakan bulan, karena bulan tidak tampak pada siang hari.
Waktu istirahat kerja siang hari, di negara mana pun, waktunya tepat pada saat makan siang dan waktu shalat dhuhur. Berhenti kerja, bertepatan dengan waktu shalat ashar.
Saat maghrib, orang kebanyakan sudah berhenti bekerja semua.
Saat maghrib dan isya, waktunya sengaja oleh Allah didekatkaan agar mereka bisa langssung istirahat dan tidur.
Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Waktu malam dijadikan untuk tidur.”
Tidur yang paling nikmat setelah Isya.’ Nabi menganjurkan agar segera tidur malam agar bisa bangun lagi pada malam hari untuk shalat tahajud.
Tidur yang paling nikmat setelah Isya.’ Nabi menganjurkan agar segera tidur malam agar bisa bangun lagi pada malam hari untuk shalat tahajud.
2. Dalam kegiatan ibadah puasa, menggunakan perhitungan tahun matahari dan tahun bulan, sama-sama dipakai.
Dalam Hadis Nabi dijelaskan,
“Berpuasalah kamu sekalian karena melihat bulan dan berlebaranlah kamu dengan melihat bulan.”
Berarti dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal menggunakan bulan.
Sedangkan mulai berhenti makan (imsyak) dan berbuka puasa, penentuan waktunya menggunakan matahari.
“Berpuasalah kamu sekalian karena melihat bulan dan berlebaranlah kamu dengan melihat bulan.”
Berarti dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal menggunakan bulan.
Sedangkan mulai berhenti makan (imsyak) dan berbuka puasa, penentuan waktunya menggunakan matahari.
Jadi penentuan awal puasa dan 1Syawal menggunakan bulan dan penentukan sahur dan berbuka puasa mengunakan matahari.
Tidak ada yang menyebutkan penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal mengikuti Saudi Arabia. Kalau mengikuti Saudi, tidak sah puasanya. Demikian pula Idul Adha dan wukuf di Arafah, tidak ada urusan dengan Saudi Arabia.
Tidak ada yang menyebutkan penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal mengikuti Saudi Arabia. Kalau mengikuti Saudi, tidak sah puasanya. Demikian pula Idul Adha dan wukuf di Arafah, tidak ada urusan dengan Saudi Arabia.
Urusan haji juga diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an,
“Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang bulan, Jawab Muhammad untuk menetapkan waktu bagi manusia dan haji.”
Wukuf itu ditentukan oleh bulan, di Arab Saudi, maka kurang tepat waktu wukuf ditentukan sama waktunya di negara lain. Tetapi sebagian orang menentukannya melalui Saudi Arabia. Saudi Arabia saja menentukannya melalui bulan. Tapi tidak perlu diperdebatkan, karena kegiatan wukuf itu waktu ibadah haji, hanya ada di Arab Saudi.
Cuma penetuan Lebaran Haji yang harus hati-hati. Jangan memakai ikut Arab Saudi. Saudi hari ini sudah wukuf berarti umat Islam di Indonesia besok harus Lebaran Haji. Yang namanya ikut itu tentu tidak di depan.
“Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang bulan, Jawab Muhammad untuk menetapkan waktu bagi manusia dan haji.”
Wukuf itu ditentukan oleh bulan, di Arab Saudi, maka kurang tepat waktu wukuf ditentukan sama waktunya di negara lain. Tetapi sebagian orang menentukannya melalui Saudi Arabia. Saudi Arabia saja menentukannya melalui bulan. Tapi tidak perlu diperdebatkan, karena kegiatan wukuf itu waktu ibadah haji, hanya ada di Arab Saudi.
Cuma penetuan Lebaran Haji yang harus hati-hati. Jangan memakai ikut Arab Saudi. Saudi hari ini sudah wukuf berarti umat Islam di Indonesia besok harus Lebaran Haji. Yang namanya ikut itu tentu tidak di depan.
“Kita shalat Idul Adha jam 07.00, sedangkan di Saudi masih jam 2 malam. Berarti kita tidak ikut Saudi melainkan mendahului Saudi. Kalau kita ikut Saudi, mana dalilnya?
Kalau ikut bulan, dalilnya jelas ada dalam Hadis dan Al-Qur’an,”
Dari uraian di atas, maka jelas tahun masehi itu milik kita bersama, apapun agamanya...
=======
Kita sudah paham, tahun matahari itu berganti tahun pada bulan Januari adalah milik bersama umat. Apakah perlu dirayakan?
Ada yang merasa perlu dirayakan..... biarkanlah
Ada yang merasa tidak perlu... ya, itu haknya, tidak ada suatu keharusan.
Ada yang merayakan menurut tradisi umatnya.....ya silahkan saja asalkan tidak melanggar hukum.
Dalam kenyataanya, cara merayakannya ada perbedaan antara orang Non-Muslim dan Muslim.
Kalau ada agama lain yang merayakan dengan cara tradisi umatnya, dengan bermegah-megah, pesta-pesta, meniup trompet, ini jelas pemborosan dan tidak sesuai dengan syariah Islam. Kalau ada yang mengucapkan "Selamat Tahun Baru" yan sah-sah saja, karena tahun baru adalah milik bersama, dan ucapan Tahun Baru bukan acara ritual.
Umat Islam rayakanlah dengan cara sendiri, misalnya pengajian-pengajian, zikir akbar dll. Tak perlu ikut-ikutan meniup trompet dan pesta-pesta. Meniup trompet itu bukan tradisi Islam, bahkan ada pertanda atau makna lain pada umat non-Islam, jadi umat Islam jangan ikut tiup trompet.
Semoga bermanfaat.
Kalau ikut bulan, dalilnya jelas ada dalam Hadis dan Al-Qur’an,”
Dari uraian di atas, maka jelas tahun masehi itu milik kita bersama, apapun agamanya...
Kalau disebut di Al Qur'an.. karena ini kitab suci terakhir yg diciptakan Tuhan Allah.. penyempurna agama dan kitab2 sebelymnya.
Ibarat buku.. ini seri terakhir dari Sang Maha PengarangNya..
Wallohu a'lam bishawab.
Referensi:
PASKOMNAS, soekam parwadi: Wallohu a'lam bishawab.
Referensi:
=======
Kita sudah paham, tahun matahari itu berganti tahun pada bulan Januari adalah milik bersama umat. Apakah perlu dirayakan?
Ada yang merasa perlu dirayakan..... biarkanlah
Ada yang merasa tidak perlu... ya, itu haknya, tidak ada suatu keharusan.
Ada yang merayakan menurut tradisi umatnya.....ya silahkan saja asalkan tidak melanggar hukum.
Dalam kenyataanya, cara merayakannya ada perbedaan antara orang Non-Muslim dan Muslim.
Kalau ada agama lain yang merayakan dengan cara tradisi umatnya, dengan bermegah-megah, pesta-pesta, meniup trompet, ini jelas pemborosan dan tidak sesuai dengan syariah Islam. Kalau ada yang mengucapkan "Selamat Tahun Baru" yan sah-sah saja, karena tahun baru adalah milik bersama, dan ucapan Tahun Baru bukan acara ritual.
Umat Islam rayakanlah dengan cara sendiri, misalnya pengajian-pengajian, zikir akbar dll. Tak perlu ikut-ikutan meniup trompet dan pesta-pesta. Meniup trompet itu bukan tradisi Islam, bahkan ada pertanda atau makna lain pada umat non-Islam, jadi umat Islam jangan ikut tiup trompet.
Semoga bermanfaat.