traveling, artikel, renungan
Masjid Marion adalah masjid terbesar di Adelaide
Kunjungan yang terlama (sekitar 3 bulan) saya mempunyai kesempatan untuk rekreasi ke beberapa daerah dan sekalian shalat di beberapa masjid yang pada umumnya dibangun dan dikelola orang pendatang dari Turki sejak beberapa puluhan tahun lalu.
Kesan tersendiri:
Saya ikut Tarawih di masjid Marion kota Adelaide. Orang menyebut masjid Marion karena berlokasi di Jl. Marion Adelaide. Masjid ini cukup besar untuk ukuran minoritas muslim di Adelaide. Ada dua tingkat, tingkat atas hanya tambahan saja bukan merupakan tingkat keseluruhan ruangan. Tingakat dua ini diperuntukkan bagi wanita Tarawih di bulan puasa.
Hari pertama Tarawih:
Kaum perempuan mengambil tempat di tingakat ke dua.
Terdengar ada anak menangis pada dua rakaat pertama. Setelah selesai dua rakaat pertama, Imam langsung menegur dengan suara lembut dalam bahasa Turki, saya kurang tau persis...tapi dapat saya perkirakan bahwa Imam menyuruh si Ibu dan anaknya pulang...jangan ikut tarawih di masjid karena mengganggu kekhusukan shalat.
Memasuki dua rakaat ke dua, suasana hening, tidak ada suara yang menangis lagi. Para jemaah pun tidak ada yang berkata-kata, hening...hening....cuma suara imam yang merdu kita dengar. Begitulah dihari-hari seterusnya sampai tarawih selesai. Shalat tarawih dilakukan 11 rakaat (termasuk 3 rakaat witir).
Buka Puasa di masjid:
Masjid rame didatangi jemaah, dan makananpun membludak. Mereka sangat bahagia bila banyak muslim yang mau berbuka bersama di masjid. Pada acara berbuka, nampak betapa mesranya mereka, saling memaafkan menggunakan kesempatan terbaik di bulan suci ramadhan
Pelajaran yang saya dapat.
1. Imam memegang komando langsung dalam memelihara kekhusukan shalat.
2. Imam sangat berwibawa.
3. Jemaah sangat patuh, termasuk anak-anak dan anak baru gede (ABG) betapa mereka ikut membuat suasana hening dalam ruangan shalat.
4. Ruangan shalat merupakan tempat yang sakral, hanya digunakan untuk beribadah.
5. Di bulan puasa mereka berkesempatan menjalin silaturrahmi dan saling maaf memaafkan terutama waktu buka bersama. Mereka menggalakkan buka bersama di masjid.
Saya berkesempatan berkunjung ke masjid di sekitar Adelaide antara lain Masjid Adelaide. Dinamakan masjid Adelaide karena masjid inilah yang pertama di bangun di Adelaide, bahkan merupakan masjid tertua di Autralia. Saya tetap mempunyai kesan yang sama betapa orangTurki sangat menghargai dan memakmurkan masjid dan menghargai hak orang lain di masjid.
Masjid Adelaide adalah masjid tertua di Australia.
Orang tua yang membawa anaknya ke masjid betul-betul menjaga disiplin anaknya beribadah dan menempatkannya shalat disampingnya. Tidak ada anak yang berlari-lari berkumpul dengan teman-temannya, mereka selalu shalat disamping ayahnya atau saudaranya yang lebih tua.
Mereka sadar, semua jemaah mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan ketenangan dan keheningan dan kenyamanan beribadah dalam ruang shalat. Mereka sangat menghargai hak orang lain. Para orang tua pun nampaknya sangat merasa bersalah bilamana anak atau anak-anaknya berulah mengagangu orang lain yang sedang shalat, setelah selesai shalat ia langsung minta maaf kepada yg mungkin merasa terganggu.
Saya tidak melihat kaum perempuan shalat berjemaah bersama dengan kaum lelaki dimasjid, kecuali shalat Tarawih di bulan puasa. Kalaupun ada kaum wanita shalat dimasjid, pada umumnya mereka dalam perjalanan, singgah di masjid untuk sholat fardu (bukan dengan rencana berjemaah dengan laki-laki.)
Saya teruskan menikmati suasana masjid di Australia Selatan. Sambil rekreasi kami pergi ke Landmark dan Mildura (kira-kira 500 KM dari Adelaide).
Komunitas Turki di Landmark beli gereja, mereka uabah fungsi menjadi Masjid
Foto bersama komunitas Turki selesai shalat Jumat di Landmark
Di kebun sahabat orang Turki di Landmark
Masjid di Mildura, kota Mildura
Kota Mildura sebenarnya di luar dari negara bagian Australia Selatan.
Terletak di negara bagian Victoiria. Di sini ada tempat rekreasi MAZE
***
*******
Di atas tersebut adalan kenangan indah puasa dan Salat di Australia Selatan.
Bila saya bandingkan dengan situasi puasa dan shalat taraweh di tempat saya domisili dan ditempat lain yang pernah saya kunjungi atau info yang saya denganr di Indonesia, ada perbedaan yang dapat dilihat dan saya rasakan.
Di Indonesia:
Sebagian anak yang shalat dimasjid tidak dengan ayahnya atau saudaranya yang lebih tua, jadi tidak ada yang mendampingi. Anak yang tidak ada pendamping ini, bersama teman-temannya berada di shaf yang bisa saling ganggu, becanda, brisik bahkan ada yang lari-lari.
Shalat taraweh di Indonesia pada umumnya penuh pada minggu-mingu pertama dan kedua. Sesudah itu jemaah semakin berkurang. Penyebabnya antara lain karena adanya tradisi mudik, sehingga banyak yang bersiap-siap dan mudik sebelum jatuh hari Raya Idul Fitri.
Ada beberapa masjid yang melaksanakan taraweh 11 rakaat dan 23 rakaat (termasuk witir).Perbedaan ini tentu sah-sah saja, namanya saja shalat sunnah. Ada melakukan shalat cepat-cepat, bahkan ada masjid yang taraweh dalam hanya beberapa menit untuk 23 rakaat.
Kondisi-kondisi seperti kurang tertibnya anak-nank kita dia atas, mungkin untuk sebagian jemaah terganggu sehingga beribadah kurang khusuk.
Perkenankan Penulis menghimbau, mari kita kondisikan masjid kita sehingga pada bulan puasa dan qiamullail nanti kita dapat memakmurkan masjid dalam keadaan tenang, nyaman dan khusuk.
Mohom maaf bila ada kata-kata yang kurang pas dan kurang berkenan di hati para Pembaca.
Wallohu a'lam bissawab